Melihat senyumnya yang merekah, sepertinya ia hidup penuh bahagia dan suka cita sepanjang hari. Tak terpancar sedikitpun dari wajahnya jika ia, Gembong Vahana MP, lelaki kelahiran 14 Mei 1981 ini, menderita penyakit yang cukup berat . Ia sedang diuji oleh Allah SWT dengan penyakit Gagal Ginjal. Gembong sudah menjalani proses cuci darah sejak 4 tahun yang lalu, dan masih terus dijalani entah sampai kapan. Penyakit ini mengharuskan Gembong menjalani proses cuci darah 2 kali seminggu di RSUD AW. Syahranie Samarinda. Mengapa harus di Samarinda?
Ya, karena cuci darah di Bontang harus bayar (di RS. PT Pupuk Kaltim) Tidak mungkin ia sanggup biayai dengan hanya mengandalkan gajinya sebagai seorang PNS Golongan I/d di Departemen Perhubungan Laut Unit penyelenggara Pelabuhan Kelas 1 Loktuan.
Satu kali proses cuci darah membutuhkan biaya ± 800 ribu lebih. Sedangkan ayah dari seorang putri umur 2 tahun ini wajib menjalaninya dua kali seminggu. Belum lagi ia diharuskan menyedot cairan diperutnya 2 kali sebulan, karena dia tidak bisa lagi mengeluarkan urine secara normal. Biayanya 400 ribu sekali penyedotan. Berarti, dalam satu bulan Gembong harus menyiapkan kocek minimal Rp. 7,200,000,- (Tujuh Juta Dua Ratus Ribu Rupiah) !!!
Sebuah ongkos pengobatan yang terlalu WAH untuk ukurannya sebagai pegawai negeri golongan rendah. Untungnya, biaya proses cuci darah ini ditanggung oleh ASKES (kecuali biaya penyedotan cairan) sehingga pria usia 30 tahun ini masih memiliki sedikit sandaran harapan untuk mempertahankan hidup dan gajinya digunakan untuk biaya hidup anak-istri.
Sesungguhnya, secara manusiawi terkadang ia dihinggapi rasa putus asa, jenuh, menyerah dan mengakhiri sudah derita yang tak berkesudahan ini. Terkadang pula, Gembong dalam kepasrahannya meminta kepada Yang Memiliki dirinya, “Ya Allah, aku menyerah, aku tidak kuat lagi. Cabut saja nyawa ini, agar istri dan anakku tidak lagi ikut menderita dengan derita yang seharusnya hanya aku yang memikulnya!”
Tetapi, pikiran ngelantur itu segera sirna demi melihat ketulusan, ketabahan dan kesetiaan dari Sri – istrinya. Hari demi hari tak pernah lelah mendampinginya mengarungi duka demi duka, merajut hari penuh cinta dengan wajah yang selalu berseri. Sebuah kebesaran dan pengorbanan cinta yang tidak akan pernah Gembong sia-siakan, hanya karena tak kuat menjalani ujian Allah SWT., ini.
Apalagi, bila Gembong menatap binar mata dan senyum ceria gadis kecil semata wayangnya, berlari dan memeluknya saat pulang kerja - meski dengan hari kerja hanya hari selasa, rabu, jum’at dan sabtu, karena hari senin dan kamis untuk proses cuci darah di Samarinda.
Untungnya, atasan dan rekan kerjanya sangat memaklumi keadaannya. Rutinitas kerja hanya dijalani dengan penuh permakluman dan dispensasi. Datang absensi, paling duduk sebentar, lalu pulang istirahat dan menunggu jadwal cuci darah lagi.
Mengingat support itu semua, semangat hidup Gembong bangkit kembali dan terus berkobar, meski ia jalani itu dengan menggantungkan harapan pada sebuah mesin cuci darah, dan tentunya tetap berharap ada sebuah kemukjizatan datang dari Allah SWT.
Hanya satu yang masih selalu mengganggu pikiran dan perasaan Gembong, terutama saat menjelang berangkat ke Samarinda untuk cuci darah. Dia memikirkan biaya transportasi Bontang-Samarinda pulang-pergi dua kali seminggu .... Ini cukup menguras kocek, karena dia tidak mungkin nekat berangkat sendiri. Harus didampingi sang istri. Kalau berdua, biaya transport yang diperlukan minimal Rp. 300.000,-. satu kali perjalanan. Belum lagi biaya sedot cairan dari perutnya juga wajib dikeluarkan 2 kali sebulan, butuh biaya cash 800 ribu sebulan. Praktis Gembong butuh dana cash Rp. 3.200.000,- (Tiga Juta Dua Ratus Ribu Rupiah) perbulan. Angka ini sudah sangat jauh melampaui dari gaji yang diterimanya setiap bulan....
Jika awal bulan, tentu ia masih bisa sedikit memaksakan diri untuk menyisihkan gajinya, tapi dengan memangkas kebutuhan lain. Saat kehabisan uang, lalu kemana harus meminta, sementara sanak familinya sudah angkat tangan pada keadaan Gembong !!! Akhirnya ....... pertolongan Allah SWT., datang juga....
Lewat rekomendasi dari seorang ibu yang bekerja sebagai PNS di BKD Bontang sekaligus sebagai muzakki di BAZ, selama ini beliaulah yang membantu biaya transport Gembong. Muzakki mulia ini sarankan agar Gembong bermohon ke Badan Amil Zakat (BAZ) Kota Bontang, siapa tahu bisa dibantu.
Alhamdulillah ...... Saat ini Gembong Vahana MP dalam pembiayaan BAZ Kota Bontang. Secara syar’i dia dalam kategori asnaf miskin yang berhak mendapatkan santunan dari dana Zakat, Infaq dan Shadaqah.
“Gembong, bertahanlah demi Cinta dan Semangatmu... Insya Allah, Dia Yang Maha Melihat masih menyayangimu...... Amin Ya Rabbal ‘Alamin ...”
Written by: Idris
Tidak ada komentar:
Posting Komentar